Sebuah buku karangan Yudhi Herwibowo, memang menjadi incaran
saya saat mengunjungi Gramedia minngu kemarin. Saya sudah jatuh cinta
dengan karyanya saat membaca Perjalanan Menuju Cahaya, beberapa tahun
yang lalu. Dan olala, sebuah buku manis bersampul coklat yang manis dan
gambar yang sederhana namun memikat, ada di tangan saya.Dan saat ini,
saya sudah menamatkannya, hanya dalam waktu hitungan jam. Mungkin itu
karena jumlah halamannya yang tidak terlalu banyak atau ceritanya yang
memikat, atau gabungan ke duanya.
Novel ini berkisah tentang
hubungan unik yang terjalin antara Bajja dan Arra, yang dipertemukan
tanpa sengaja, saat mereka bersimpangan jalan. Sebuah pertemuan yang
menimbulkan ingatan mendalam di hati Bajja, yang sayangnya sepertinya
hanyalah perjumpaan selintas. Sampai pada suatu ketika, Arra datang ke
kantor Bajja, sebuah perusahaan penerbitan terbesar di kota tempatnya
tinggal. Secara kebetulan, Bajjalah yang ditugaskan atasannya untuk
melayani Arra yang berniat menerbitkan sebuah buku,untuk dipersembahkan
buat kekasihnya. Berawal dari ketekaitan itu, Bajja dan Arra dekat, tak
bisa dikatakan pacaran pula, karena Bajja tahu persis bahwa Arra sudah
memiliki kekasih.Mereka sering menghabiskan waktu bersama, baik dengan
berjalan- jalan ke tempat unik di kota mereka atau tinggal di rumah
kontrakan Bajja. Berbicara tentang hal- hal remeh temeh, tapi tanpa
pernah berbicara hal yang bersifat pribadi,Dan disela- sela waktu itu,
Arra datang dan pergi tanpa permisi, sesukanya..dan Bajja menganggap hal
itu biasa.
Setelah buku itu jadi, hal yang agak
mengejutkan pun terjadi. Arra malah merobek- robek buku itu di tempat
kontrakan Bajja tanpa pernah memberikan penjelasan , dan Baja pun tak
berniat untuk menanyakannya. Setelah kejadian itu, Arra menghilang lagi
dan datang dengan sebuah kabar, bahwa dia dilamar dan akan segera
menikah. Sebuah berita yang ditanggapi Bajja dengan biasa- biasa saja,
walau pun sejujurnya benih- benih suka mulai tumbuh di hatinya, apalagi
kemudian sebuah undangan datang ke kediamannya.
Pada saat
Bajja putus kontak dengan Arra, datanglah Canta, kekasih masa lalunya,
yang menerima tawaran untuk berdinas di sebuah rumah sakit di tempat
Bajja tingal. Canta yang dokter adalah kekasihnya sermasa kuliah. Mereka
berpisah, karena Canta menganggp Bajja tak pernah atau belum punya
rencana tentang masa depan mereka, saat keduanya lulus dulu. Dan
terjalinlah kembali hubungan yang sempat putus tersebut. Bajja mulai
bisa melupakan Arra dan memulai hari- harinya bersama Canta. Tapi
ternyata kemanisan hubungan itu terganggu oleh suatu hal..
Apakah
gangguan itu? Bagaimana nasib hubungan antara Bajja dan Canta
selanjutnya? Dan apakah Arra benar- benar menghilang dari kehidupan
Bajja selamanya?? Saya tak akan menceritakannya di sini, dan biarlah itu
membuat anda penasaran untuk membaca bukunya secara langsung.
Sebagai penikmat novel, point plus dari novel ini adalah cara
bertuturnya yang tidak biasa. Lebih banyak monolog, miskin dialog. Tapi
saat ada dialog, semuanya terkemas mengalir dan mendalam. Beberapa puisi
yang ada di novel ini saya rasa juga menambah nilai. Hal yang menarik
lainnya adalah deskripsi tentang kota tempat tinggal Bajja yang detil
dan menyentuh, sampai sampai saya tak tahu, ini kota rekaan atau
sungguhan. Selain itu, daftar isi dengan sub judul kalimat yang panjang-
panjang, terasa tak biasa, tapi tetap mengena. Novel ini tidak berkesan
riuh, bahkan cenderung sunyi, tapi segalanya terasa pas.Bagi anda yang
menggemari novel- novel berlatar romantis dengan cara bertutur yang
menarik dan penuh perenungan, novel ini layak dikoleksi....
http://www.facebook.com/notes/syifa-qurrota-ayun/un-affairsebuah-kisah-tentang-cinta-yang-sunyi/10151140498593119
Tidak ada komentar:
Posting Komentar